Home » , , , , » Rahim Kata Dari Dalam Penjara

Rahim Kata Dari Dalam Penjara

Dhedi R Ghazali | Sunday, October 29, 2017 | 0 komentar

Sumber Gambar: detik.com
Kali ini bukan puisi yang ingin kutuliskan. Hanya sebatas omong-melompong, barangkali--mungkin saja bisa menjadi pasti--seperti gonggongan tanpa anjing atau selayak desir angin menyibak daun-daun yang sedang berfotosintesis. Ya, tulisan ini akan mengganggu siapa saja pembacanya. Maka dari itu, mantapkan niat untuk membacanya terlebih dahulu agar tidak kecewa. Helai napas panjang... bismillah...

Terkadang, rasa bosan untuk berpuisi datang begitu saja. Boleh dibilang seperti rasa kantuk yang mungkin saja akan segera dan tiba-tiba datang bahkan sebelum kuselesaikan tulisan ini. Semoga saja tidak. Aamiin

Malam ini, lebih tepatnya dini hari ini, ada sesuatu mengusik kepalaku. Apa itu? Aku sendiri tak tahu. Tapi yakin akan keberadaannya. Inilah sebuah pertanyaan tak terjawab. Bukankah kadang pertanyaan tak bisa kita jawab?

Kalian tahu, bahwa saat ini aku sedang duduk dalam renung ditemani dinding yang dingin dan jeruji-jeruji yang menatap sinis penuh kebencian. Ada banyak mata terlelap di sana. Jiwa-jiwa tersingkir dari tengah kehidupan masyarakat dan keluarganya. Sebuah kesalahan--bisa jadi lebih--membuat jiwa-jiwa itu harus terkurung. Bagiku, tempat ini adalah tempat pengabdian, namun bagi mereka tempat ini adalah tempat pengasingan. Ya pengasingan.

Bagaimana rasanya diasingkan? Dijauhkan dari hiruk-pikuk kehidupan yang semakin menyesatkan? Dalam pengasingan ada renungan. Dalam renungan terdapat kekuatan magis yang bisa membuat seseorang menjadi seratus bahkan seribu kali lipat lebih baik dari sebelumnya.

Ah! Dinding dan jeruji itu masih saja sekongkol untuk mengintimidasi pikiran dan hatiku. Keduanya berhasil membuat manusia ini keliyengan. Tapi tak apa. Mari kulanjutkan ceritaku.

Di tempat pengasingan ini lahir banyak peristiwa yang tak kalah memilukan dari kisah sinetron pertelevisian, tak kalah menakutkan dari film Counjuring, dan tak kalah menegangkan dari ending sebuah film percintaan yang diharapkan happy ending. Tempat ini adalah tempat terindah bagi malaikat-malaikat yang saban malam mencari tangis para hamba atas segala dosa-dosanya. Kalian tahu apa nama tempat ini?

Kusebut ia PENJARA. Ya, ini adalah penajara. Sebuah tempat yang dikait-kaitkan dengan kekerasan, narkoba, suap-menyuap dan juga tempat para pendosa mendekam. Bulsyitlah! Kau, aku dan semua manusia adalah pendosa. Adakah manusia yang hidupnya tanpa dosa? Jadi berhentilah mengatai orang lain sebagai pendosa. Sebab kita juga pendosa.

Hufh... setan di kepalaku mulai tersenyum atas kegilaanku malam ini. Baiklah. Biarkan mereka tersenyum dulu. Nanti akan kucambuk juga dengan cemeti amalirosuli yang terkenal di film Mak Lampir itu. Pernah membayangkan kehidupan di penjara?

Di penjara ini ada banyak waktu untuk merenungkan kehidupan. Di penjara adalah waktu pas untuk merefresh pikiran dari kebejatan kehidupan di luar sana. Itulah salah satu jawaban yang kutemukan dari salah satu manusia yang sering disebut sebagai sampah masyarakat. Demi Allah, tak semua yang masuk di tempat ini adalah sampah masyarakat. Bahkan bisa jadi mereka jauh dan sangat jauh lebih baik dari seonggok sampah. Di sini, sebagian besar dari mereka salat wajib lima waktu dengan berjamaah. Subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Mari kita tanya pada diri kita, sudah genapkah salat wajib kita? Sudahkah kelimanya kita lakukan dengan berjamaah? Plakkk!!! Bahkan aku harus menampar pipiku sendiri karena kekalahan telakku atas mereka yang dicap sebagai sampah masyarakat. Di penjara ini, tak sedikit yang bangun di tengah malam untuk salat tahajud dan membaca Al-Quran. Setiap malam pasti ada. Adakah dari kita yang sering melakukan hal yang sama? Aku yakin ada, namun sedikit jumlahnya.

Ah! Setan di kepalaku mulai merah wajahnya. Nampaknya mereka mulai marah padaku. Apa peduliku? Marah saja! Hahahaha!

Ada tangis penyesalan, ada pula tangis haru saat bertemu keluarga yang tak lagi bisa setiap hari bertemu. Tangis seorang ibu yang menjenguk anaknya yang tersangkut kasus penusukan "selangkangan". Ada pula tangis seorang istri yang suaminya adalah penjudi. Tangis seorang anak yang tahu bapaknya adalah pencuri. Ada rasa haru, malu, marah yang bercampur dan membuat lukisan abstrak di wajah berkerut. Bahkan sampai aku tak bisa mengerti apa arti luksian itu. Di sini banyak kulit yang berubah fungsi menjadi tempat menuangkan seni. Dan... ada cinta dari Illahi yang tak bisa dilogika oleh otak seorang Profesor sekalipun.

Suatu ketika, kutanya salah satu dari penghuni tempat ini. "Kau sedih atau senang masuk sini?" Mari kutuliskan jawabannya, "Aku senang masuk sini. Sebab di sini Allah sangat mencintaiku. Dia mengirimku ke tempat indah ini agar bisa lebih dekat dengan-Nya. Agar tak semakin terjerumus dalam dosa-dosa. Agar, tak lagi membebani orang tua dengan segala tinglah-laku yang membuat mereka dikucilkan di tengah masyarakat. Betapa Allah sangat mencintaiku, bukan? Jika Dia tak mencintaiku, Dia akan membiarkanku bergelimpangan dosa di luar sana. Demi Allah di dalam sini kutemukan keajaiban. Tak pernah salat kutegakkan sebelumnya, tak jua bisa membaca serentetan huruf arab. Tapi, di sini aku belajar dan bisa melakukannya."

Sekali lagi pada akhirnya aku tertampar oleh kata-kata orang yang umurnya jauh lebih mud. Ya, dia baru berumur 20 tahun. Dan diumurnya itu, banyak tersimpan repihan masa-lalu yang diubahnya menjadi tiang-tiang perubahan. Tiang-tiang yang akan menajadi penopang hidupnya kelak setelah keluar dan menghirup udara bebas.

Apa kabar setan di kepalaku? Ah, mereka mulai sekarat nampaknya. Maafkan aku, sebab kali ini dan aku harap bisa seterusnya, kepalaku ini tak lagi bisa kalian jadikan tempat berpesta.

Kurasa akan sangat banyak jika kutuliskan semua yang ada di dalam penjara ini. Lain kali, akan kuceritakan yang lebih seru lagi.

Tulisan ini hanyalah awal sebuah mimpiku untuk membuat buku berjudul "Rahim Kata Dari Dalam Penjara". Semoga bisa lekas terealisasikan.

Salam santunnku.

Tulisan di atas saya ambil dari tulisan saya sendiri di Fanspage Blog ini: https://www.facebook.com/kehidupantanpabatas/posts/763820517091252


Share this article :
Kehidupan Tanpa Batas

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © Nov 2010. Kehidupan Tanpa Batas - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger