Home » , , , » Cerpen Dhedi R Ghazali: Sebotol Napas untuk Kekasihku

Cerpen Dhedi R Ghazali: Sebotol Napas untuk Kekasihku

Dhedi R Ghazali | Tuesday, October 24, 2017 | 0 komentar

Picture: pixabay.com

Tiara sayang. Tiara yang berwajah manis dan terang. Aku tidak sedang ingin mengirimimu sebatang coklat berpita merah jambu. Aku juga tidak sedang ingin memberimu sekuntum bunga berwarna merah hati. Surat ini juga bukan surat cinta berisi kata-kata yang lugu dan sendu. Tak ada juga aroma parfum Perancis dan gambar dua tanda tanya yang bertangkupan. Aku menulis surat ini di saat malam sudah hamil tua, di tengah kesepian dan taburan bintang-bintang yang berwarna-warni di altar langit yang hitam keabu-abuan. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi, tapi aku tak peduli. Bahkan dingin yang menyesap tulang-tulangku terasa menenangkan dan menghangatkan.

Tiara yang cantik dan akan selalu cantik. Bersama ini kusertakan beberapa helai nafasku yang terengah dan detak jantungku yang menggantung di dinding-dinding sebuah botol kaca yang bening. Kusertakan pula sepasang kunang-kunang yang cahayanya berwarna merah saga. Biar saat malam tiba, ia berkerlap-kerlip di sudut kamarmu. Agar tak lagi ada kegelapan yang membuatmu ketakutan. “Brangkali cahaya kunang-kunang itu bisa menjadi pengganti lampu tidurmu,” pikirku saat itu.

Tiara yang manis, akan kuceritakan bagaimana aku bisa memasukkan helai napas dan detak jantung di botol kaca itu. Suatu hari, di tengah gerimis yang tipis dan angin yang menelusup di daun-daun, aku duduk di sebuah bangku di bawah cahaya kuning lampu kota. Tiba-tiba aku teringat namamu. Kutuliskan sebuah puisi di sebuah kertas yang setiap hari kubawa. Kata demi kata seperti mengalir begitu saja. Kata yang penuh kerinduan. Kata yang penuh keheningan, yang dingin dan beku. Lembar demi lembar kertas terisi dengan loncatan huruf-huruf yang satu dengan yang lain mencari pasangannya masing-masing. Huruf-huruf itu kawin dan mulai beranak pinak. Membuat suatu koloni yang membentuk deretan kata dan deretan kata membentuk baris-baris dan bait-bait. Dalam beberapa menit saja ratusan huruf dan puluhan bait sudah terlahir. Bagaimana jika satu jam? Satu hari?

Aku tak peduli dengan gerimis. Tintaku tak akan luntur jika hanya terkena gerimis. Hingga pada akhirnya, sebelum sempat puisi itu selesai, hujan deras menghunjam dengan penuh kesombongan. Tintaku tak diciptakan untuk melawan hujan. Kau tahu apa yang terjadi? Puisi-puisi yang hampir jadi itu tak hanya luntur. Hujan membuatnya menjadi seperti bubur hingga tak ada satu hurufpun yang tersisa. Maafkan aku, sebab aku tak sempat menyimpannya kembali di dalam tasku.

Nafasku mulai terengah menahan marah. Detak jantungku berdegup kencang. Aku tak pernah mengerti kenapa nafas ini seperti sedang kehilangan sesuatu. Bukankah hanya sebuah puisi yang hilang? Ah. Tidak, Tiara! Yang kutulis bukan sekadar puisi. Puisi tak cukup untuk bisa menyampaikan kata-kata yang tak sempat kutuliskan dan kubacakan padamu. Puisi tak akan pernah bisa mewakili kata hati dan juga ketulusan serta keikhlasan. Tidak semua orang suka puisi dan tidak semua orang mau membacanya. Mungkin bisa jadi kau adalah salah satu dari yang banyak itu. Aku tak akan memaksamu untuk suka dengan puisi. Aku juga tak akan membiarkan puisi memaksamu untuk bisa jatuh cinta padaku. Biarkanlah cinta itu datang melewati jalan yang memang sudah ditentukan. Jalan yang mungkin saja terjal dan penuh kerikil tajam. Aku tak tahu. Sebab yang ada dipikiran manusia hanyalah kemungkinan-kemungkinan.

Dari kejauhan, kulihat seorang lelaki dengan baju compang-camping mendekat ke arahku. Dari penampilan yang seperti itu, aku menebak dia adalah orang gila. Tapi benar kata orang, jangan lihat seseorang dari penampilan luarnya saja. Tiara, ternyata meski dia tampak gila nyatanya dia tak gila seperti yang kukira.

Bahkan lebih waras dariku. “Masukkan nafas-nafasmu di botol ini!” Tangannya yang dekil itu menyodorkan sebuah botol yang terbuat dari kaca. Aku sempat berpikir lagi bahwa lelaki ini gila. Bagaimana mungkin kumasukkan helai nafas-nafasku di botol ini? Untuk apa juga memasukkannya?

“Helai nafasmu lebih bisa mengungkapkan segalanya daripada kata-kata yang makna dan artinya bisa berubah di setiap kepala yang berbeda. Kata-kata bisa berdusta, tapi helai nafas tak akan pernah mau berdusta,” orang yang kukira gila ini mulai menceramahiku.

Ia lantas pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang. Aku yang masih marah dengan nafas terengah, kembali sendirian. Kau harus percaya ini Tiara. Botol itu menyedot setiap nafasku yang berjejalan keluar dari hidung dan mulut. Kulihat mereka menempel di dinding-dinding botol itu. Aku bahkan bisa mendengar desir suaranya membacakan puisi yang kubuat untukmu. Apakah aku sudah gila Tiara?

Lampu kota itupun tiba-tiba bisa berbicara padaku. Ternyata ia tak seperti yang kuduga. Cahanya yang kekuningan penuh ketenangan, tak seperti nada bicaranya yang penuh ketegasan.

"Dekatkan botol itu padaku. Biarkan kumasukkan seberkas cahayaku ke dalamnya. Biar nafasmu tak cemas di dalam kegelapan dan tak pula kedinginan," ucap lampu kota itu.

Aku pun lantas mendekatkan botol itu. Tiba-tiba kerlap kerlip cahaya masuk ke dalamnya. Seperti puluhan kunang-kunang yang memamerkan keindahannya. Indah Tiara. Sangat indah.

Hujan pun reda. Lampu kota itu diam saat kutanya, "Harus kuapakan botol ini?"

Aku pun mulai mengingat-ngingat apa yang baru saja terjadi. Semakin kucoba mengingatnya, malam semakin putih saja. Subuh yang muram pun datang. Aku bergegas menyambutnya yang sudah menungguku di sebuah surau di sudut kota ini.

Yogya, 2017


Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas.  Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Barangsiapa yang memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)




Share this article :
Kehidupan Tanpa Batas

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © Nov 2010. Kehidupan Tanpa Batas - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger